“ABU-ABU
KEHIDUPAN”
Satu
Terdengar suara motor berhenti di samping rumah.
Mama : “sya, baru
pulang?”
Marsya : dengan muka
lesu. “ iya mah”.
Obrolan pun terhenti saat Marsya menutup pintu kamar denga
kerasnya. Entah apa yang sedang dipikirkan, semua itu membuatnya merasa emosi.
Karena sangat lapar,Marsya pun beranjak dari kamar dan langsung beralih ke meja
makan. Saat matanya melihat di meja makan tidak ada satu pun lauk, yang ada hanya
ceceran sambal bekas sarapan pagi, saat itu pun Marsya kembali meneteskan air
mata yang sebelumnya telah mengalir deras saat dia di sekolah. Memang hatinya
sedang dihantui dengan rasa kesedihan. Semua rasa itu dia simpan dalam-dalam
didepan sang mama. Memang mama Marsya selain masih muda, juga tak kalah
cantiknya dengan Marsya anaknya. Mamanya juga sering smsan sama pacarnya Marsya
yaitu Huda. Namun Marsya tidak suka dengan situasi ini. Keadaan di keluarga ini
terasa hampa.Ayah Marsya kerja keras banting tulang di Jakarta, Mamanya sibuk
dengan hpnya, entah apa dan siapa yang berhubngan dengan mamanya itu. Kakaknya
pun engga care sama Marsya, membuatnya tidak pernah ada komunikasi dengan
kakaknya. Adiknya cowok yang masih kelas 4 SD yang lagi nakal-nakalnya tiap
harinya hanya bermain terus membuatnya tidak peka terhadapnya. Semua ini
terjadi setiap harinya di keluarga ini.
***
Hari
demi hari telah dilewati oleh keluarga ini, semuanya sama, tak ada yang berbeda.
Hanya hubungan Marsya dengan pacarnya yaitu Huda yang berbeda. Mereka sekarang
sudah putus karena keduanya saling bertekad untuk mengejar cita-cita dulu. Dan
memikirkan hal yang sama yaitu “pacaran itu ada waktunya tersendiri yaitu kelak
setelah kita sukses”. Walaupun mereka masih saling suka tetapi tekad itulah
yang membuatnya terpisah jauh. Satu minggu sudah mereka menikmati dunianya
masing-masing. Cobaan pun siap menghadang Marsya. Berpuluh-puluh cowok
mendekati Marsya sampai Marsya pun keteteran menghadapinya. Marsya mencoba
untuk menghadapi satu-satu. Dan ada satu cowok yang ngeyel banget kalau
dibilangin. Yaitu Reza. Karena saking penasaranya, Marsya pun menemui Reza.
Setelah doi dihadapan Marsya, Marsya pun terkaget-kaget dan dalam hati ia
berbicara “ wahhhh manis banget niiihh anak “ tapi Marsya sok jaim di depanya.
Hihii..
Disekolah
Marsya adalah sesosok prempuan yang ceria, jail dan ngeselin. Semua
teman-temanya pernah dibuli olehnya. Namun dibalik keceriaanya itu terpendam
kesedihan yang amat mendalam.
Anggi :”Sya, beliin
jajan dong! Gue laper niihh.”
Marsya :menjitak kepala
Anggi teman sekelasnya.”gue juga ngga punya uang kelesss! eh mending kita malak
aja yuh.”
Anggi :”ayuhhh!”
tapi kita mau malak sama siapa nihh, mesti pada pelit-pelit dehh, kan kamu tau
sendiri kelas kita kere-kere semua.”
Marsya :”emm iya ya...
Nah gue punya ide niihh, kita minta aja ke Veni. Kalo dia ngga mau kita ancem
aja dia kan foto dia yang lagi nyengir monyet itu ada di hape gue, nanti kalau
dia ngga mau ngasih, kita upload deh fotonya di fb gimana?”
Anggi :”ide bagus
tuhhh,Yuhh kita palak.”
Kegaduhan kelas pun terjadi saat pelajaran kosong. Marsya
dan Anggi merayu Veni untuk menyerahkan uangnya, sementara grombolan lain ada
yang nyanyi-nyanyi sambil banting-banting meja, ada yang ngaca, foto-foto
narsis, ada yang baca novel, tidur, yang
ngelamun pun juga ada. Itulah bentuk pelampiasan Marsya untuk Melampiaskan rasa
kesedihanya.
Waktu pun berlalu.
Marsya
pun telah dekat dengan Reza. Satu minggu mereka BBMan sampai tak kenal waktu.
Tapi ngga pada hari itu, hari dimana Marsya merasakan sakit hati yang
sebelumnya telah terkubur setelah kejadian dimana mama Marsya pernah mengalami
amnesia. Dan sekarang rasa sakit itu tumbuh lagi. Di antara ribuan debu yang di
semburkan oleh gunung Kelud dan diantara kendaraaan yang sedang dibersihkan
oleh tukang cuci motor di situlah Marsya merasakan kegundahan.
Mama :“sya, mama mau pergi kedepan tempat cuci
motor, kayaknya ada toko buah tuh. Mama mau beli alpukat, kamu disini aja ya!”
Marsya :” iya ma.” Sambil BBMan tanpa menoleh ke arah
mamanya berbicara.
Marsya pun jenuh dengan keadaan disekeliingnya,
yang dilihat hanya para cowok-cowok muda yang tengah sibuk membersihkan motor
Marsya dan mamanya. Karena rasa bosan itu, Marsya pun melangkahkan kaki untuk
menyusul mamanya yang tengah memilah-milah buah alpukat.
Dan tak pernah disangka, di depan
mata Marsya lah semua rasa penasaran yang selama ini dirasakan Marsya terjawab.
Mata yang tajam dan membelalak, itulah yang dilakukan Marsya untuk
mengungkapkan rasa amarahnya. Marsya semakin membelalak melangkahkan kakinya
mendekati dua orang yang sedang memilah-milah alpukat. Seorang laki-laki dan
seorang perempuan yang mana perempuan itu sendiri adalah mamanya Marsya. Dan
seorang laki-laki tak tau dari mana asalnya yang membuat hati Marsya geram.
Tiba-tiba laki-laki itu memulai percakapan dengan Marsya, mengajak berjabat
tangan. “siapa namamu dek?” dengan menebarkan senyum. Marsya menjawab singkat “
Marsya”.
Rasanya lidah ini tak mau menjawab atas semua pertanyaan
yang dilontarkan oleh pria itu. Dan mata yang semakin memerah dan tak kuasa
untuk menumpahkan air matanya yang sudah ditahannya itu . marsya pun langsung
meninggalkan toko buah itu dan kembali ke tempat duduk cucian motor. Di situ
Marsya tidak bias menahan air matanya dan tumpahlah sudah. Hatinya pun bertanya
tanya . “siapakah laki-laki itu?”. Kenapa mama tega berbuat itu?” . “kepada
siapa aku harus bersandar?” ayah!!! Aku sayang kamu!”. Cepat pulang Ayah!”.
Tiba-tiba suara kaki pun terdengar oleh telinga marsya dan suara itu yang
membuat tangisannya berhenti.
Marsya :”siapa
laki-laki tadi ma?” dengan nada cueknya.
Mama :”temen mama
waktu sma.”
Marsya :”ngapain dia
kesini ma?”
Mama :”dengan senyuman. “Cuma ketemu”
Ingin rasanya Marsya memeluk Ayah dan menceritakan semuanya
yang terjadi. Namun sikap kedewasaanya Marsya yang membuatnya tak berani
menceritakan semua.
Sorenya,
Marsya yang mempunyai talenta model itu diajak hunting oleh beberapa
fotografer. Karena Marsya yang lagi badmood Marsya pun menolaknya. Tetapi
alhasil, karena keadaan yang sangat mendesak itu akhirnya Marsya memutuskan untuk
ikut. Kegiatan pun berjalan dengan lancar walau hati yang sedikit agak
tertekan.
***
Makin
bertambah hari hati Marsya semakin terpuruk. Tak ada tempat curhat, tak ada
tempat senderan. Mengenai Reza, doi yang lebih muda dari Marsya membuat Marsya
tidak betah lama dengannya. Malah Reza lah yang membuat hari-harinya semakin
runyam karena sifat kekanak-kanakanya. Tapi inilah kenyataanya, mama Marsya
yang tak peduli sama Marsya, teman yang tak peka sama Marsya, dan keluarga yang
hanya itu-itu membuat hari-harinya dipenuhi dengan air mata.
Hanya
Marsya yang merasakannya , dan hanya Marsya yang mengetahui semuanya.
Kehidupan ini sungguh tak adil baginya.
Dua
Suara kaleng bekas menambah
keramaian kelas, diiringi tepuk tangan meriah teman-teman Marsya. Marsya
sendiri tengah berada di depan kelas bersama para teman yang dipanggil oleh pak
guru dan 2 juri dalam kontes membuat tulisan terbaik. Ya, 18 siswa dipanggil
satu persatu untuk mendapatkan sebuah novel sebagai penghargaan karena sudah
membuat tulisan. Satu dua tiga orang telah dipanggil, sampai urutan yang ke
enambelas dan semua memasang muka bangga. Dua orang salah satunya Marsya tidak
terdaftar untuk mendapatkan novel, namun keduanya melangkah pasti maju dua
langkah mengikuti instruksi dari dua juri membelakangi teman-temannya. Sebuah
kejutan untuk Marsya karena tak menyadarinya dialah juara pertama dalam lomba
itu. Lomba yang diadakan hanya untuk kelas perkantoran bertemakan makanan
ternyata membawa keberuntungan untuk Marsya. “Tertawa melengking” yeaahhh! Tertawa khasnya itu membuat teman
sekelasnya ikut tertawa. wajah manisnya yang ditutup oleh ujung jilbab dengan
tangan yang menyagaknnya, itulah yang diperbuat Marsya saat akan menerima satu
bingkis hadiah pemberian juri. Karena
tubuhnya yang tinggi semampai, tak heran bila teman yang berada dibelakangnya
tertutupi dengan adanya giting berdiri itu. Alisnya tebal, mendadak melengkung
karena terangkat oleh pipi agak chubby yang menambah kesan kegembiraan.
“kecantikannya
terlihat saat doi tidak memakai seragam sekolah. Dan kesederhanaannya terlihat
saat dia sendiri mengenakan putih abu-abunya.”
Itulah yang diucapkan oleh teman sekelasnnya. Tak tau dan
masih tergambar tanda tanya besar di pikiran Marsya. Apa yang membuat diri nya
menjadi juara satu dan itu semua pasti kebetulan, karena dirinya menganggap
dirinya tak punya keampuan untuk menulis. Bangga atas yang diperolenya itu yang
tengah dirasakan Marsya. Kegaduhan kelas pun semakin menyengat saat pak guru
dan dua juri pergi meninggalkan kelas.
Terburu-buru meletakan bingkisan hadiah sembari merapikan
kerudung acak-acakan yang dikenakanya. Jujur Marsya disekolah tidak pernah
berpenampilan menarik, dan terlihat seperti anak kecil yang tak pernah
menyetrika baju putih abu-abunya. Berjilbab tanpa memandang cermin, seakan-akan
menjadi siswa berpenyakin busung lapar. *upzzz.
Tangan yang seakan
tidak ada dosanya itu pun merampas bingkisan hadiah didepan Marsya. Serentak
semua teman-teman Marsya menggerubung bak tawon mendapatkan setetes madu. “eh
Marsya dapet apa tuhh??” seperti halnya kicauan burung beo yang tengah
menyerocos berbincang-bincang berkerubungan berebutan satu biji nasi padang.
Tangan yang terpanjang yang berhasil merampas miliknya itu langsung menghidari
kucauan burung beo.
”dadahh gue mau nglanjutin piket gue dulu”
sambil merangkul hadiah di lipatan tangannya,mempraktekan
lari kudanya dan senyum manisnnya Marsya pun berlarian meninggalkan kelas
karena dia tau teman-temannya akan menceburkannya di kolam ikan didepan kelas.
Bel tanda
pulang sekolah berbunyi, Marsya pun bergegas merapikan semua berkas-berkas
fotocopy an yang belum ter-copy di
tumpukan map. Terburu-buru meminta ijin pulang kepada petugas piket, untung
saja dirinya diperbolehkan pulang. Karena acara dirumah menunggu dirinya untuk
segera datang, Marsya tak menghiraukan lemahnya kondisinya saat itu, tenaganya
terkuras untuk mengerjakan piket melayani fotocpy-an. Sambil menggendong
tasnnya, Marsya pun melangkah menuju tempat parkir. Tanpa menghiraukan
disekelilingnya banyak teman yang sedang berlomba-lomba menabung menyerahkan
uang jajannya ke tukang batagor dan es burjo, Marsya langsung menyelengos
menyetater motornya. “teman-teman gue duluan ya!” mengangkat kaki kirinya ke
bancikan motor dan gas poll!!
Seperti biasanya, dalam perjalanan Marsya selalu memikirkan
hal-hal kedepan yang akan dia lakukan. Sesekali dia menangisi hal-hal yang
telah terjadi pada dirinya. Namun hari itu dirinya memikirkan bagaimana kisah
kehidupannya yang mengikuti grup model itu? . kebingungan pun mengusik pikiran Marsya.
Model itu sesunggunya tak cukup dengan menebarkan senyuman kedepan lensa.
Bergaya semog, ataupun hanya menang wajah yang cantik. Namun mood yang
menentukan baik buruknya hasil jepretan. Sering Marsya keteteran masalah mood.
Pikiranya pun semakin campur aduk sembari
tangannya menarik rem motor tanda lampu merah menyala. Banyak kekurangan yang
terdapat pada diri Marsya. Wajahnya yang kurang segalanya dari model-model lain
membuat dirinya seakan enggan dipotret lagi. Lamunannya pun terhenti saat
beberapa klakson motor dan mobil menyambar-nyambar tanda lampu hijau menerangi
jalan. Marsya pun melanjutkan perjalanan pulang.
Mendorong daun pintu yang tak terkunci dan bergegas untuk
bersiap-siap menghadiri acara keluarga di rumah simbahnnya yang entah apa yang
akan dibahas oleh keluarga besar ini. Keluarga yang turun temurun berjiwa
pedagang. Bahkan simbah Marsya pun sudah tersohor di berbagai desa. Namun
dibalik kesuksesan dagang keluarga ini, keluarga Marsya lah yang paling
tertinggal yang belum memiliki kuda kijang sendiri alias mobil. Marsya pikir
semua itu tak menjadi masalah dalam pikiranya. Pikiranya pun teringat kembali
oleh kelakuan mamanya yang sungguh tak mengenakan hati, yang tak satu orang pun
mengetahuinnya kecuali dirinya sendiri. Membuat dirinya sering melamun tak
berarah. Memang betul, semenjak dirinya putus dengan mantan pacarnya itu,
kehidupannya kian hari kian tak berarah. Tak ada panutan dan tak ada motivator
sejati. Bisa dibilang juga semenjak kejadian itu Marsya memiliki banyak teman,
banyak kenalan ataupun banyak yang ingin mendapatkanya. Entalah, satu pun tak
ada yang menyangkut di pintu hati Marsya. Mengenai Reza yang seketika membuat
Marsya trelamun, ternyata tak seindah yang dia kira. Mungkin karena Marsya yang
menang dengan senyum dan tatapanya itulah Reza berburu cinta mendapatkan hati
Marsya tanpa peduli masalah apa yang terjadi pada Marsya. Berulang kali telah
ditolaknya, namun bocah itu seraya tak peduli atas cerama yang Marsya berikan
kepadanya sebagai peringatan untuk menjauhinnya. Semuanya acuh terhadapanya.
Bahkan semuanya hanya melihat dari sisi luarnya. Kembali ke Marsya yang tengah
bersiap-siap memanaskan motornya menuju rumah simbah. Karena semua keluargannya
sudah disana, maka Marsya mengendarai motor sendiri tanpa tumpangan
dibelakangnya.
Tiga
Kerasnya
hidup tak dapat dibohongi oleh sebuah rautan muka yang mengandung seribu arti.
Sekarang, tak satupun orang memperdulikanya. Perduli akan kesenangannya,
kesedihannya, atau bahkan yang sedang dirasakannya. “mengapa ini semua terjadi
dikehidupanku?” suara hati Marsya bergumam diantara banyaknya keluarga yang
tengah menggerakan mulut silih berganti. Tak dapat dibohongi raut mukanya kian
hari kian memucat tak berseri. Parasnya
yang cantik telah luntur oleh aliran air mata yang dikeluarkannya setiap hari.
Ditatapnya leptop serta jari-jari yang mulai menekan-nekan
keyboard menuliskan tentang apa yang telah terjadi pada dirinya itu membuatnya
sedikit beban berkurang dipundaknya. Semua itu dilakukanya karena tak ada
tempat curhat lagi dihadapanya, dan tak ada pundak yang menompang sandaran yang
tak berarti itu.
Diantara beribu orang
disekelilingku mungkin hanya aku yang merasakan apa itu sedih dan kesepian.
Karena yang aku lihat hanyalah kegembiraan mahluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna beradu bicara dengan lawan
bicaranya. Mungkin juga hanya aku yang berada bertopang dagu sendiri memakai
jeans selutut dan jaket cerah dengan rambut terurai berdiri giting sendiri
menoleh kesana kemari tanpa arah. Tak ada lawan bicara, semua terasa hampa
walau disekelilingnya bergerombol orang beradu bibir membuat aku serasa ingin
mengikuti alur gossip tersebut. Langkah kaki pun beradu dengan lantai menuju ke
koridor permainan. Disitulah aku semakin terpuruk. Pasangan yang sedang asiknya
melempar bola basket ke ranjang, bahkan tertawa bahagia di dalam ruang karoke,
menyanyikan lagu mesra diterangi dengan cahaya lampu warna-warni sepadan dengan
suasana hatinya.Aku berniat untuk membawakan
sebuah lagu campursari yang menurutku bias menghibur lara hati ini, yang
pastinya diruangan sendiri dan hanya gemerap lampu yang menerangiku, namun
niatku aku urungkan Karena merasa malu
bermain lagu sendirian dan berasa taku karena semenjak tadi aku diperhatiin
oleh dua sosok laki-laki.
Marsya tiba-tiba menghentikan jari-jari yang dari tadi
menari-nari bergoyang mengikuti irama pikiran Marsya. Kini pikiranya
bernostalgia tentang kenangannya bersama Huda. kemudian melanjutkan kembali tulisanya
sambil memegang tempat minum biru muda berukuran besar yang biasa menemani
hari-hari Marsya. Menyruput jus apel lalu meletakan kedua tangannya diatas
keyboard. Melanjutkan tulisannya.
… andaikan saja waktu
itu aku tengah bersamannya mungkin aku dapat mengalahkan puluhan pasangan
kekasih yang sedang dimabok cinta itu dengan menggandeng tangan cowok bertubuh
kekar, ganteng, berkulit putih, mancung pula. Ketinggianya hampir menyamai
Marsya. Seakan menjadi yang tercantik
dan tertampan melangkah mantap layaknnya pangeran dan putri melintas di atas
kapret merah terjulur dan puluhan pasangan kekasih itu bagaikan penonton yang
mengaguminnya. Ahh.. semuanya sudah terlambat. Toh di hari itu juga Marsya
sudah memutuskan hatinnya untuk hidup sendiri.
Entah mengapa semua itu Marsya ketik dengan lincahnya dia
menggerak-nggerakan jari-jarinya menari diatas keyboard menggunakan teknik
sebelas jari itu. Tak lama kemudian, suara laptop berukuran 14in berwarna hitam
itu membunyikan nada yang berarti Marsya telah mematikan lalu menutupnya,
meletakannya diatas meja belajar. Bergegas menarik slimutnya karena sudah tak
ada keluarganya yang membunyikan suarannya.
TUNGGU
KELANJUTANYA DIHARI BERIKUTNYA J
GANBATEE ! (y)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar