YUTUK ASLI PETANAHAH
Siapa orangnya yang tak tergiur
melihat makanan dengan warna khasnya ini . “yutuk”. Ya! Makanan ini sering saya jumpai di daerah selatan Kebumen. yaitu
pantai Petanahan. Memang, kalau kita berbicara tentang makanan khas Kebumen itu
tidak ada habisnya. Warna yutuk yang dapat menggoyangkan lidah saat kita
melihatnya membuat perut yang tadinya
enggan dimasuki, ketika melihat makanan ini perut pun terus bernyanyi
(tanda kelaparan).
Berjumpa dengan makanan ini
ketika saya dan kawan saya, Rika serta guru saya Pak Ario sedang melakukan
hunting di bawah rindangnya pohon cemara, dibawah sinar cahaya yang
menyelip-nyelip diantara pepohonan. Dan diantara luasnya laut Petanahan. Ketika
saya mengekspresikan raut wajah yang muram, saat itulah langit menanggapi muka
mendung ini dengan menurunkan hujan yang begitu derasnya. Spontan, saya, Rika
dan guru saya yang menjabat sebaai fotografer pula Pak Ario berlarian menuju
warung tepi pantai. Saat saya sedang singgah disanal irikan mata ini lansung
tertuju pada sederet makanan yang telah disajikan sedemikian menariknya
sampai-sampai lidah ini bergoyang dengan sendirinya.
Saat itu hujan turun dengan
derasnya. Membuat dingin menyerap kalbu,
tak bisa mata ini untuk memalingkan pandangan
saat melihat satu tiris gorengan yutuk ditiriskan dari panasnya kompor
yang menurut saya kalau saya berada didekatnya akan membuat tubuh saya sedikit
terhangati. Ah lupakan saja masalah itu.
“kini kegurihan dari yutuk tak dapat didaur
ulang lagi”. Itulah kata-kata yang saya
lontarkan ketika menhancurkan makanan
ini dimulut saat berteduh di deretan
warung yang berjejeran. Saat saya mulai memakanya, terdengar suara kriyukan
dari kegurihan yutuk ini. Tak dapat
lidah berhenti untuk memakan makanan dari hewan yan mirip dengan serangga ini.
Memang, sebelum makanan ini diolah, hewan ini memamerkan warna hitam, namun
saat sudah menjadi makanan, dengan tidak sombong, hewan ini justru membuat daya
penglihatan kita menjadi melirik. Wuuiihh sungguh lezatnya makanan khas daerah selatan Kebumen ini.
Perjalananku belum selesai sampai
disitu, setelah menikmati kelezatan yutuk, dan hujan pun tak henti-hentinya
memamerkan air jernihnya, saya beserta rekan serta fotografer saya melanjutkan
perjalanan pulang ke rumah Rika yang jaraknya hanya 1 km dari pantai petanahan.
Setelah bulan menampakan senyum
yang terhalang oleh awan mendung, dengan tak pedulinya saya dan Pak ario
melawan derasnya hujan. Perjalanan pun kita teruskan. Karena tak kuasa menahan
dinginnya udara malam ditambah hujan
yang membasahi tubuh akhirnya kita memutuskan untuk berteduh d
Jika anda ingin mencobanya, tak rugi bila anda
menunjungi pantai Petanahan yang kurang lebih 30 km dari pusat Kebumen.
Selamat mencoba sobat J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar